Rabu, 06 November 2019

PROLOG GARDA NUKU

Prolog Sekilas GARDA NUKU

Tabea...
Semoga dipanjangkan usia zaman, sehat wal'afiat, selamat dan sentosa.

Generasi Muda Nuku disingkat Garda Nuku sejak didirikan 2005 silam dan dilantik Maret 2006, telah menjadi paguyuban pemuda yang berbeda. Garda Nuku memberi perhatian pada gerakan kultural, adat tradisi, sejarah dan budaya, kesenian, kreatifitas kaum muda, dan mendorong percepatan pembangunan daerah.

Maitara Festival dengan serangkaian kegiatan tradisional, edukasi, kesenian, dan olahraga tiga kali digelar. Kini Pemkot Tidore Kepulauan menjadikannya agenda tahunan. Bersama komunitas Mata Hati melakukan advokasi perlindungan benda cagar budaya, seperti Benteng Tjobe (Spanyol) di Rum Tidore, Benteng Nostra se Nora del Rosario (Portugis) di Kastela, Ternate, dan lain sebagainya.

Sejak akhir 2007 dan awal 2008, Garda Nuku menjadi inspirator, konseptor mendorong reorientasi visi dan program Ikatan Keluarga Tidore (IKT) yang berfokus pada pada aksi sosial kemanusiaan dan dimulailah aksi sosial BARI FOLA Untuk Kemanusiaan juga beberapa kegiatan lainnya.

Sebagai paguyuban pemuda dengan SDM relatif baik, dialektika pemikiran relatif intensif dan dinamis di internal Garda Nuku, terutama keinginan mencari format sebuah gerakan kultural yang eksis dan efektif.

Sebagai bagian dari gerakan sosial, maka gerakan kultural memprasaratkan adanya orientasi nilai yang kuat (ideologis) selain kelembagaan, modal sosial dan konsepsional. Muncul pula kegelisahan bagaimana membumikan falsafah kebudayaan kesultanan-kesultanan Moloku Kie Raha yang terbukti sangat ampuh membentuk pribadi pemimpin sekaliber Sultan Nuku, Syaifuddin 'Jou Kota', Khairun, Baabullah, Sultan Banau, dan lain sebagainya, dengan kiprah dan pencapaian mereka yang besar.

Diskursus itupun pada kesadaran menjadikan Sultan Nuku Amirudin, yang merupakan satu-satunya Pahlawan Nasional dari Moloku Kie Raha (Maluku Utara), sebagai simbol pemersatu dan inspirator Gerakan Kultural generasi Moloku Kie Raha kini dan nanti, agar bersedia secara konsisten menjadikan "Marimoi Ngone Futuru" sebagai sejatinya tekad dan kesadaran mendorong pihak kesultanan, pemerintah daerah dan masyarakat untuk peduli merumuskan masa depan bersama Persekutuan Moloku Kie Raha yang maju, sejahtera dan berkeadaban.

Memulai maksud dan tujuan besar tersebut, Garda Nuku sungguh menyadari perlu membenahi dan memperkuat kelembagaan. Diskusi mendalam lebih satu tahun memuncak pada beberapa simpulan pokok:

Pertama, segera merevitalisasi kepengurusan dengan kepemimpinan baru, visi dan tekad baru yang lebih fokus dan terarah. Pada 28 Juni 2016 Miladiyah atau 23 Ramadhan 1437 Hijriyah, pimpinan baru terpilih melalui musyawarah mufakat Dewan Pembina yang menunjuk dan mengangkat  ABDULLAH DAHLAN dan BUDI JANGLAHA sebagai Ketua dan Sekertaris Umum, serta SUTOPO ABDULLAH dan HAMID SALASA sebagai Bendahara Umum dan Wakil Bendahara. Mereka berempat dibantu oleh beberapa mede formateur kemudian menyusun kepengurusan lengkap Garda Nuku periode 2016-2021 atau lima tahun kedepan.

Kedua, Garda Nuku harus menjadi organisasi terbuka dan akomodatif sebagai prasarat konsolidasi kelembagaan dan konsolidasi gagasan mengejewantahi visi besar di atas. Harus pula mempresentasikan potensi kaum muda Moloku Kie Raha. Sejumlah tokoh muda dari berbagai daerah di Maluku Utara direkrut mengisi struktur kepengurusan. Lebih jauh, Garda Nuku akan membentuk kepengurusan di semua kabupaten/kota di Maluku Utara, di beberapa kabupaten di Maluku, Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Tengah, Selatan dan Sulawesi Tenggara, hingga ke Pulau Jawa. Langkah konkrit ke arah sana dilakukan. Kepengurusan di beberapa daerah telah terbentuk.

Ketiga, Garda Nuku segera memantapkan visinya menjadi "Rumah Besar" entitas pemikir, pegiat, pemerhati kebudayaan, adat tradisi tak terkecuali isu dan permasalahan pembangunan daerah yang relevan. Rumah Besar Garda Nuku mulai mengagendakan Gerakan Kultural, memproduksi dan mereproduksi wacana dan diskursus, serta upaya nyata mengembalikan Moloku Kie Raha ke masa depannya, mentransformasikan spirit dan elan vital kebudayaan masa lalu yang unggul untuk menjawab permasalahan hari ini dan tantangan masa depan.

Keempat, Garda Nuku segera mampu merumuskan agenda yang "penting" sekalugus "menarik", sebagai langkah awal yang konkrit mengejawantahkan visi besar yang dimaksud. Setelah melalui beberapa kali pembahasan mendalam, diputuskan untuk memanfaatkan momentum "Haul Nuku" ke 211 Tahun, 14 November 2016 sebagai titik tolak menghelat sejumlah kegiatan monumental, yakni NUKU World Festival, yang diawali dengan ziarah makam para Sultan Moloku Kie Raha, konfederasi idea, menggelar agreemeent persekutuan Moloku Kie Raha, Ratib dan Taji Besi Massal, Ekspedisi Nuku, Monolog Nuku Pangge Pulang, hingga pameran foto dan lukisan religi Kie Raha.

Tujuannya, menjadikan Sultan Nuku sebagai simbol pemersatu dan menghidupkan spirit perjuangan Nuku, mendorong pembelajaran, membina kesadaran, pemahaman dan kecintaan pada budaya, tradisi dan kearifan luhur melalui kegiatan2 kultural, religi, seni dan budaya, serta kegiatan kreatif lainnya. Membina persatuan, kerukunan di dalam daerah, antar daerah berbasis historis-kultural untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mendorong terbinanya kerjasama antardaerah, antarwilayah, yang dipandang dapat memberikan manfaat bagi percepatan pembangunan di masing-masing daerah, khususnya pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan, pengembangan Sumber Daya Manusia, transfer pengetahuan dan teknologi praktis untuk mendorong kesejahteraan masyarakat, serta saling upaya-upaya pelestarian tradisi dan budaya daerah.

"NUKU PANGGE PULANG"

Ya...mari pulang. Pulang ke tata nilai luhur kita yang menjunjung "Toma Loa se Banari (Kebenaran dan Keadilan), Suba se Paksaan (Saling Menghormati), Adat se Nakodi (Adat dan Tradisi), Budi se Bahasa (Adab se Tata Krama), Syah se Fakati (Musyawarah dan Mufakat), Ngaku se Rasai (Saling Mengakui dan Menyayangi), Cing se Cengari (Kebersatuan Pemimpin dengan Rakyat), Mae se Kolfino, tede Suba te Jou Madubo (Malu dan Takut, Menujunjung Tinggi Tuhan Yang Maha Tinggi).

NUKU memanggil kita pulang pada titik keberanian untuk gelorakan perlawanan terhadap penindasan, eksploitasi, serta tindakan dan kebijakan koruptif atau kebijakan irasional yang menghambat pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

NUKU memanggil kita pulang ke garis batas yang tegas untuk membedakan antara yang "hak dan yang bathil".

NUKU memanggil kita pulang ke titik berangkat sebenarnya, untuk kembali menata masa depan wilayah persekutuan Moloku Kie Raha, yakni; Maluku Kie Raha, Maluku, Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Tengah, Selatan, dan lain sebagainya, yang maju dan berkeadaban.

Demikian warkatul ikhlas ttg kiprah Garda Nuku.
___________________

Mari Sukseskan NUKU World Festival 14 November 2016.

#NukuPanggePulang
#GardaNuku

0 komentar:

Posting Komentar