Minggu, 15 April 2018

Pidato Tanpa Teks Sultan Tidore Menyatakan Otsus Moloku Kieraha

SEBAGIAN PESAN SULTAN TIDORE YANG MULIA HAJI HUSAIN SJAH

1. Kita, bangsa Tidore, dilahirkan dari sumsum dzurriyat orang-orang terhormat. Tanah yang saat ini kita injak, tanah Tidore, adalah tanah yang diberkahi yang telah melahirkan banyak orang hebat, orang besar, yang mengukir dengan tinta emas di panggung sejarah.

2. Dari Negeri Tidore lahir Sultan Nuku. Beliau memerintah 27 tahun, tapi selama 25 tahun tidak pernah tinggal di dalam Istana. Beliau berjuang mengusir penjajah dan tinggal di hutan-hutan atau di atas lautan. Kekuasaan beliau membentang ke mana-mana. 1/3 wilayah yang saat ini menjadi bagian NKRI adalah hasil kerja keras beliau yang membebaskannya dari penjajahan. Bahkan wilayah kepemimpinan beliau juga meliputi Pulau Papua (sekarang menjadi bagian Indonesia dan sebagiannya adalah negara Papua Nugini), dan kepulauan di Samudera Pasifik yang kini menjadi bagian dari negara lain. Sebagian pulau-pulau itu menggunakan nama "Nuku" pada namanya. Meski ia tak lagi menjadi bagian Indonesia, tapi budaya yang diwariskan Sultan Nuku masih mengakar di sana.

3. Karena kehebatannya, bangsa penjajah pun sampai memberikan julukan kepada Sultan Nuku sebagai The Lord of Fortune, Sultan yang Diberkahi. Bangsa penjajah pun mengakui bahwa Sultan Nuku bukan sekedar manusia biasa, melainkan beliau adalah orang yang sangat dekat dengan Tuhan, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kemenangan demi kemenangan yang diraih Sultan Nuku tidak lepas dari campur tangan Allah yang Maha Kuasa. Maka sebagai anak cucu Tidore yang terlahir dari dzurriyat orang-orang terhormat dan lahir dari tanah yang diberkahi, sudah seharusnya bangsa Tidore senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah yang Maha Kuasa.

Sultan Nuku adalah ikon atau simbol pemersatu. Sultan Nuku dengan segala reputasi dan perjuangannya selalu bebas (bersih) dari konflik kepentingan dan polemik secara kultural dan politis. Untuk itu, pahlawan nasional Sultan Nuku menjadi tokoh sentral spirit kejuangan dan peneladanan.

4. Dari Tidore lahir pula seorang pejuang dan pahlawan, Tuan Guru Abdullah Qaadi Abdus Salam. Beliau dibuang oleh penjajah ke Capetown, Afrika Selatan. Beliau pun membangun masjid yang dikenal dengan nama Masjid Auwal, masjid pertama di Afrika Selatan, dan membangun madrasah Islam atau pesantren di Afrika Selatan. Beliaulah yang menginspirasi rakyat Afrika Selatan meraih kemerdekaannya.

Maka sekeluar Nelson Mandela dari penjara, ia memberikan gelar "Pahlawan Nasional Afrika Selatan" kepada Tuan Guru. Ia berkata tentang Tuan Guru, "He is my inspiration, Beliau (Tuan Guru) adalah laki-laki yang datang dari negeri yang jauh, dari Tidore, Indonesia. Meski saya tidak tau di mana itu Tidore, tapi Tuan Guru adalah seorang laki-laki yang telah menginspirasi saya. Beliaulah yang mengajarkan arti kemerdekaan dan perjuangan."

Nelson Mandela, Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, juga mengatakan, "Kami adalah bagian dari Tuan Guru dan Tuan Guru adalah bagian dari kami. Kita (rakyat Afrika Selatan) bisa merdeka hari ini karena beliau."

Ketika saya (Sultan Tidore Hi. Husain Sjah) berkunjung ke Afrika Selatan, saya diterima oleh Wakil Presiden Afrika Selatan. Ketika tiba jamuan makan, saya berpikir akan diajak makan di kediaman beliau. Ternyata tidak. Saya dibawa ke suatu bukit di tengah kota Capetown. Di atas bukit tersebut berdiri sebuah bangunan megah, di situlah lokasi jamuan makannya. Di kawasan itulah Tuan Guru diasingkan dan memulai perjuangannya di Afrika Selatan. Wakil Presiden ternyata mengundang seluruh anggota parlemen Afrika Selatan. Di tempat itu, beliau memperkenalkan saya kepada seluruh anggota parlemen (jumlahnya ratusan orang), "Saudara-saudara sekalian, hadir di tengah-tengah kita Sultan Tidore dari Negeri Tidore, Indonesia. Dari keluarga dan dari negeri beliaulah lahir pahlawan nasional yang menginspirasi kebebasan dan kemerdekaan bangsa kita, Afrika Selatan, yakni Tuan Guru Abdullah Qaadi Abdus Salam."

Di jantung kota Capetown ada sebuah jembatan yang diberi nama Jembatan Tuan Guru. Semoga saudara-saudara sekalian jika kelak berkesempatan ke Afrika Selatan dapat mengunjunginya untuk melihatnya.

5. Dari Negeri Tidore juga lahir salah satu putra terbaik yang bernama Sultan Syaifuddin. Beliau bergelar Jou Kota yang karena kecerdasan pemikirannya, beliau berhasil mengantarkan bangsa Tidore kepada kegemilangan peradaban yang bahkan pemikiran-pemikiran beliau dipelajari dan diambil oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Kota dalam pengertian bangsa Tidore adalah, dari sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik, dari sesuatu yang biasa menjadi luar biasa. Dan Sultan Syaifuddin mendapat julukan Jou Kota karena keberhasilannya.

Salah satu pemikiran beliau adalah tentang sistem pemerintahan dan kekuasan yang kemudian beliau terapkan di Tidore. Kehebatan metode kepemimpinan Sultan Syaifuddin yang menerapkan sistem tersebut lalu diadopsi oleh John Locke dengan teori "Two Treaties"-nya dan juga diadopsi oleh Montesquieu dengan teori "Trias Politica"-nya. Sesungguhnya mereka hanya mencontoh apa yang dilakukan oleh Sultan Syaifuddin dari Tidore. Sultan Syaifuddin atau bangsa Tidore sendiri telah menerapkan teori-teori atau sistem pemerintahan semacam itu sejak 120 tahun sebelum John Locke dan Montesquieu memperkenalkannya ke seluruh dunia.

6. Ada satu hal di luar nalar yang boleh jadi Bapak Ibu dan para hadirin tidak akan memercayainya. Tapi, saya harus menyampaikannya. Sudah mafhum kita ketahui tentang akhir zaman melalui ayat-ayat suci Alquran dan hadits-hadits Nabi bahwa kota yang tidak akan dimasuki dajjal adalah Kota Mekah dan Kota Madinah. Maka jika kelak dunia ini dihancurkan (kiamat), jika Mekah dan Madinah adalah dua kota terakhir yang hancur, maka saya... maka saya... dengan keyakinan spiritual yang saya miliki, tanah yang saat ini saudara-saudara berdiri di atasnya, yang kita semua sekarang berada di atasnya, adalah satu kota terakhir yang akan hancur terakhir kali, sebelum Mekah dan Madinah, yakni Tidore yang diberkahi ini.

7. Kemarin saya bertemu Profesor Antonio dari Lisboa, Portugal. Beliau adalah guru besar sejarah di University of Macau. Beliau menyampaikan kepada saya, "Di dunia ini tidak ada satu pun kekuasaan yang mampu bertahan tanpa bargaining power. Dan di dunia ini tidak ada negeri yang mempunyai bargaining power sebegitu besar di kancah dunia, kecuali Kesultanan Tidore ini."

Maka dengan kejeniusannya, Presiden Soekarno tau bagaimana caranya mengembalikan Tanah Papua ke pangkuan NKRI pada waktu perjuangan pembebasan Irian Barat, yaitu harus melalui diplomasi menggunakan bargaining power. Presiden Soekarno kala itu sangat memahami bahwa bargaining power Kesultanan Tidore sangat besar. Maka beliau datang kepada Sultan Tidore Zainal Abidin Sjah. Beliau minta bantuan Sultan Tidore untuk membantu perjuangan pembebasan Irian Barat. Maka ketika tawaran itu disampaikan kepada rakyat Papua, mereka memilih bergabung dengan Kesultanan Tidore, daripada di bawah penjajahan Belanda.

Dan dengan kebijakan pemikirannya yang luas, Sultan Tidore menyerahkan kekuasaannya, yaitu seluas 1/3 wilayah Indonesia sebelah timur, untuk digabung dengan NKRI. Padahal saat itu Kesultanan Tidore secara merdeka berhak menentukan nasibnya sendiri. Ada tiga pilihan saat itu bagi Kesultanan Tidore, yaitu (1) menjadi negara merdeka dan berdaulat (Negara Tidore), (2) bergabung dengan Federasi Belanda, atau (3) bergabung dengan NKRI. Dengan jiwa besarnya Sultan Tidore saat itu rela bergabung dengan NKRI. Dua kali Presiden Soekarno berkunjung ke Tidore dan menjanjikan akan memberikan keistimewaan bagi Tidore, tapi belum sempat keistimewaan itu diberikan, beliau telah wafat.

8. Dalam isu pembangunan poros maritim dunia, maka Kepulauan Maluku Utara ini adalah pusat kekuatan poros maritim dunia!

9. Hari ini (Kamis, 12 April 2018) saya, Sultan Tidore, menyatakan, saya bersama-sama dengan Kesultanan Ternate, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo, yang merupakan cikal bakal Moloku Kie Raha, akan sekuat tenaga memperjuangkan hadirnya status "Daerah Istimewa" bagi Maluku Utara. (Seusai Sultan Hi. Husain Sjah menyampaikan hal itu, hadirin riuh menyambutnya; ada yang dengan takbir dan ada yang dengan tepuk tangan keras-keras).

Maluku Utara ini sangat istimewa pada banyak halnya. Maka sudah sepantasnya status keistimewaan itu dimilikinya.
(Disampaikan dalam orasi Sultan Tidore ke-37, Hi. Husain Sjah, pada rangkaian acara puncak Festival Tidore 2018 dan Hari Jadi Tidore ke-910, Kamis, 12 April 2018, di halaman Kadato Kie Kesultanan Tidore, Maluku Utara, dihadapan ribuan hadirin yang terdiri dari para Sultan, para pejabat dari Jakarta, para tamu undangan, para pimpinan, tokoh adat dan tokoh masyarakat, serta rakyat Tidore dan Maluku Utara).

------------------------------------------
Ditulis oleh Shiddiq Gandhi
Tentang isi pidato tanpa teks oleh Sultan Tidore Husain Sjah pada Upacara Puncak Hari Jadi Tidore ke-910 di halaman Kadato Kie Kesultanan Tidore, Kamis, 12 April 2018.

#SerialCatatanku
#HJT910
#MolokuKieRaha
#KesultananTidore
#SultanTidore
#FestivalTidore
#VisitTidoreIsland

Sultqn Tidore saat menyampaikan Bobero Gosimo pada HJT ke-910 tahun 2018.
 Sultan Tidore menyerahkan buku "Pemberontakan Nuku" kepada Prof. DR. Rizal Ramli di HJT ke 910 tahun.
 Sultan / Kolano Tidore H Husain Sjah
Sultan Tidore Husain Sjah saat berkunjung ke Kadato Tidore di Ternate.

0 komentar:

Posting Komentar