This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Maret 2017

Hati-Hati Menuliskan Wallahu A'lam

Bissmillahi..
Salam takjim saudara2ku... bagi yang sering menulis apa saja kerap mengakhiri tulisannya dengan kalimat Wallahu a’lam (artinya: “Dan Allah lebih Tahu atau Yang Maha Tahu/Maha Mengetahui).

Sering ditambah dengan bish-shwabi. menjadi Wallahu a’lam bish-shawabi yang artinya “Dan Allah Mahatahu yang benar/yang sebenarnya”. Shawabi = benar/kebenaran.

Hal itu untuk menunjukkan, Allah Swt-lah yang maha tahu atau lebih tahu segala sesuatu dari kita. Hanya Allah yang Maha Benar dan Pemilik Kebenaran mutlak. Kebenaran yang kita tuliskan itu relatif, nisbi, karena kita manusia tempat salah dan lupa.

Namun coba perhatikan, banyak yang keliru dalam penulisannya, yaitu dalam penempatan koma di atas (‘).

--- Catatan: sebutan “koma di atas” untuk tanda baca demikian sebenarnya tidak tepat, tapi disebut “tanda petik tunggal” juga tidak tepat karena petik tunggal itu begini ‘…’ dan bukan pula “apostrof” (tanda penyingkat untuk menjukkan penghilangan bagian kata) karena dalam kata itu tidak ada kata yang dihilangkan/disingkat. Kita sepakati saja, namanya “koma di atas” ---.

Penulisan yang benar, jika yang dimaksud; “Dan Allah Maha Tahu” adalah Wallahu a’lam (tanda koma di atas [‘] setelah huruf “a” (alif) atau sebelum huruf “l” (lam). Tapi sangat sering kita jumpai penulisannya begini: Wallahu ‘alam (koma di atas [‘] sebelum huruf “a”).

Jelas, Wallahu a’lam dan Wallahu ‘alam berbeda makna:

1. Wallahu a’lam artinya “Dan Allah Mahatahu/Maha Mengetahui atau Lebih Tahu”.

2. Wallahu ‘alam artinya “Dan Allah itu alam”, bahkan tidak jelas apa arti ‘alam di situ? Kalau ‘alamin atau ‘aalamin, jelas artinya alam, seperti dalam bacaan hamdalah –alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Jadi, kalau yang kita maksud itu “Dan Allah Maha Tahu/Lebih Tahu”, maka penulisan yang benar adalah Wallahu a’lam, bukan Wallahu ‘alam.

Mari kita bedah. Eh, tunggu dulu… Saya bukan ahli bahasa Arab, cuma tahu sedikit dari hasil bacaan. Yang jago bahasa Arab, mohon koreksinya ya…
A’lam itu asal katanya ‘alima artinya tahu. Dari kata dasar ‘alima itu kemudian terbentuk kata ‘ilman (Isim Mashdar, artinya ilmu/pengetahuan), ‘alimun (fa’il/pelaku, yakni orang yang berilmu), ma’lumun (pemberitahuan, maklumat), dan sebagainya, termasuk a’lamu/a’lam (lebih tahu). (Bandingkan, misalnya, dengan kata fadhala [utama] – afdhalu [lebih utama]; karama [mulia] – akrama [lebih mulia]; hasan [baik] – ahsan [lebih baik]).

Tanda petik tunggal atau koma di atas (‘) dalam a’lam itu transliterasi bahasa Indonesia untuk huruf ‘ain dalam bahasa Arab (seperti Jum’ah, Ka’bah, Bid’ah, Ma’ruf, dan sebagainya). Kata a’lam artinya “lebih tahu”. Jadi, kian jelas ‘kan, penulisan yang benar: Wallahu a’lam, bukan Wallahu ‘alam.

Tentu, kesalahan penulisan itu tidak disengaja, salah kaprah saja alias kesalahan yang sering dilakukan, secara sadar atau tidak sadar, merasa benar –padahal salah—karena tidak ada yang mengoreksi. Saya yakin, maksudnya Wallahu a’lam, “Dan Allah Maha Tahu”.

Wasalam. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Barakallah... semoga bermanfaat. (GN-01)
*) Disarikan dari berbagai sumber.


_________________
JUM'AT -- Penghulu segala hari.
Alloed Dahlan / GN-01
Goto - Tidore, 17 Maret 2017

                      Alloed Dahlan

Minggu, 12 Maret 2017

Memoar Jalan Revolusi (2)

Safia Marsaoly, disapa Sofia, HMI-wati yang supel dan enerjik. Dia satu-satunya perempuan yang berani menjadi relawan Aksi Mogok Makan dalam perjuangan pembentukan provinsi Maluku Utara, antara Februari atau Maret 1999.

Persiapan intens lebih sebulan. Edaran meminta partisipasi relawan jauh-jauh hari telah disampaikan kepada pimpinan OKP dan BEM di Kota Ternate, tetapi sampai H-2 tak ada satupun yang mendaftar.

Evaluasi pada H-1 diputuskan perlu menggunakan wibawa atau otoritas, dan saya dipercayakan menjadi eksekutor menunjuk pasukan terpilih juga terhandal sebagai relawan.

Hari itu juga saya meminta kawan-kawan mengumpulkan 10 orang yang nama-namanya sudah saya list. Malamnya, ba'da Isya saya briefing dengan mereka. Semua siap dan mestinya menyiapkan diri untuk aksi Mogok Makan yang batas waktunya belum ditentukan.

Besok paginya aksi mogok makan diawali dengan orasi, pembacaan pernyataan sikap, tuntutan dan ultimatum para relawan aksi mogok makan.
Di penghujung aksi, sekitar pukul 10 pagi, hujan deras mengguyur Ternate. Massa aksi berangsunr bubar, termasuk para senior, koordinator dan penggerak aksi. Tersisa saya menemani para relawan mogok makan.

Hujan deras seharian, kami tak geming, tetap duduk di trotoar persis di depan papan nama Kantor Bupati Maluku (eks kantor gubernur). Tak ada tenda atau terpal untuk bernaung. Anak-anak yang kedinginan mesti berbaring di atas aspal. Ada pula yang mencebur ke laut menghangatkan tubuhnya. Kami yang merokok mesti membeli kantong keresek besar, menudungi kepala sampai leher dan merokok.

Bada Dzuhur saya mengutus kawan-kawan menemui Sekretaris Darrah, meminta bantuan tenda atau terpal 6x4 supaya anak-anak bisa bernaung. Tapi tenda atau terpal yang dikanjikan tak kunjung ada.

Hujan mereda saat corong-corong masjid mulai mengaji. Tenda biru 4x3 meter dan tali rafiah sekepalan tangan baru diantar beberapa PNS, dan kami memasangnya persis di depan papan nama kantor itu.

Setengah jam kemudian, kawan-kawan lain bermunculan, Zainuddin Abdullah, Caken, Anwar Ways (alm), Hasyim Abdulkarim, Djufri Yakuba dan beberapa lainnya. Kami breifing sebentar, bagi tugas mencari tenda, terpal, tikar, dsb.

Dua unit tenda 4x4 dari Tukimin tiba di lokasi ba"da Maghrib dan langsung diset. Caken dan tim kecilnya dengan pickup cary menurunkan satu ball tikar plastik dan beberapa terpal. Terpal digelar paling bawah, lalu tikar dua-tiga lapis menjadi alas sekaligus tempat tidur para relawan. Beberapa lembar tikar disambungkan dan dililit mengelilingi tenda, menghalau angin dan hujan yang tempias.
Hari ke-2 aksi, kondisi beberapa relawan menurun. Beberapa dokter dari RSUD Chasan Boesoirie, IDI dan beberapa konsorsium dokter swasta, mulai membuka tenda, ikut nengawasi intensif kondisi relawan aksi.

Para dokter memberi pertimbangan medis agar beberapa relawan mesti diinfus, sebab lebih dari 48 jam mereka tidak makan apapun. Dokter lain menyarankan sebaiknya relawan yang mulai drop dibawa ke Rumah Sakit. Tetapi para relawan menolak. "Andai mesti diinfus, infus saja di sini," kata Sofia dan kawan-kawan.

Sejam dua jam kemudian tiga botol infus dengan slangnyan berjuntaian di bawah tenda berpenerangan minim. Tapi lagu-lagu kritis Iwan Fals tak henti terdengar dari sound sistem NJS (Narjan Jembatan Satu) yang dipinjamkan, gratis.
Sofia, Nyong Alkatiri, menyusul Irwanto Maneke diinfus. Sungguh tak ada yang bisa mengalahkan semangat dan tekad mereka.

Ah, memoar singkat ini saya tulis dengan bangga dan haru yang teramat. Di antara para relawan itu, ada sedang menjalani Ujian Semester. Satu jam sebelum jadwal mereka di antar ke kampus untuk ujian, setelahnya kembali lagi ke lokasi aksi.
Sofia,dia tumbuh dalam lingkungan aktifisme-kreatif Komunitas Seni Hitam Putih, Himpunan Mahasiswa Halmahera Tengah dan  Himpunan Pelajar Mahasiswa Nuku (Hipmin), binaan saya. Dia beberapa kali main teater yang saya tulis dan sutradarai, ikut vocal group bersama Unang dan kawan-kawan pada pergelaran seni yang kami  helat di Tidore.

Kini Sofia, seperti foto profilnya yang diupload di sini, mengenakan cadar, sehingga tak mudah dikenali. Sehari-harinya dia berprofesi sebagai guru di Kota Tidore Kepulauan.
(garasigenta_memoarjalanrevolusi)


Ditulis M.Sofyan Daud
Minggu 12 Maret 2017 di medsos FB.

                          Safia Marsaoly

Memoar Jalan Revolusi (1)

Minggu, 12 Februari, seusai blogger gathering dan launching lomba menulis blog "Tidore untuk Indonesia" di Fola Barakati, Cibubur, saya sengaja mengajak Unang Bahrudin alias Oenank Toadore foto bersama.

Selain saudara dan kawan dekatnya, tak banyak yang tahu, apalagi gubernur dan sebagian besar elit birokrat provinsi Maluku Utara tentu lebih tak tahu lagi, bahwa laki-laki satu ini, bersama belasan kawan, antara lain; Safia Marsaoli, Idrus Maneke, Abdul Kadir Din, Ibnu Khaldun Yahya, Nyong Alkatiri, Irwanto Maneke, Hizbullah Hasan (alm), Ibrahim Abdurahim (alm), Asnawi (alm), mereka yang berani ambil resiko menjadi relawan Aksi Mogok Makan awal 1999.

Aksi itu bagaian dari serangkaian aksi Apel Akbar masyarakat Maluku Utara menuntut percepatan pemekaran atau pembentukan Provinsi Maluku Utara.

Tujuannya mendesak agar rancangan UU  pembentukan provinsi Maluku Utara harus diajukan ke DPR RI dan dibahas sebelum Pemilu dan Sidang Umum MPR 1999. Tak boleh setelah Pemilu, sebab dikuatirkan Pemilu multipartai pertama di era reformasi itu bisa saja mengakibatkan perubahan konstelasi politik nasional yang kontraproduktif. ~(garasigenta_memoar).


Ditulis M.Sofyan Daud
Minggu 12 Maret 2017 di medsos FB

M.Sofyan Daud dan Unang Bahrudin (kemeja batik). __ foto: Mito Vevec

Jumat, 10 Maret 2017

"Air Mata Bunda"(Sebuah Percakapan Imajiner)

Suatu ketika, anak laki-laki saya Abu Dzar Al-Ghiffari bertanya kepada ibunya, Bunda, mengapa menangis? Bundanya menjawab, Sebab bunda adalah perempuan, nak. Saya tak mengerti bunda, kata Aby sapaannya. Bundanya hanya tersenyum dan memeluknya erat. Aby, kau memang tak akan mengerti…

Kemudian Aby bertanya kepada ayahnya. Ayah, mengapa bunda menangis? Bundamu menangis tanpa sebab yang jelas, sang ayah menjawab. Semua perempuan memang sering menangis tanpa alasan.

Si anak membesar menjadi remaja, dan dia tetap terus bertanya-tanya, mengapa perempuan menangis? Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, Ya Allah, mengapa perempuan mudah menangis? Dalam mimpinya ia merasa seolah mendengar jawabannya:

Saat Ku ciptakan wanita. Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali menerima cerca dari si bayi itu apabila ia telah membesar.

Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.

Ku berikan kesabaran jiwa untuk merawat keluarganya walau dia sendiri letih, walau sakit, walau penat, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada anak-anak yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai isterinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata, agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kepada wanita, agar dapat ia gunakan bila masa pun ia inginkan. Ini bukan kelemahan bagi wanita, karena sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan. [GN-01]

***
Catatan sederhana ini saya persembahkan buat istri tercinta Anthy Giffari yang pada 11 Maret 2017 hari ini menapaki usianya ke-37 tahun.
Perempuan tangguh yang berani bertaruh apa saja untuk mendamipingi saya. Andai ada kata yang lebih indah dari cinta, dan lebih berat dari terima kasih, tentu saya akan mempersembahkan untuknya.
Yaumul milad sayang... barakallah fii umrik.


Foto: Bunda dan Abu Dzar Al-Ghiffari

Rabu, 08 Maret 2017

"Ubah Sejarah, Ubah Taktik"

SEJARAH menunjukkan bahwa belum pernah ada satupun tim yang lolos ke babak berikutnya di fase gugur Liga Champions setelah kalah 0-4 di leg pertama.

Barcelona mengalami kekalahan telak 0-4 dari Paris Saint-Germain (PSG) ketika melawat ke Paris pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions. Tidak heran, sebelum pertemuan kedua dini hari tadi (Kamis, 9 Maret 2017), kans Barcelona disinyalir telah habis dan akan kesulitan untuk mengejar defisit gol yang cukup besar itu.
Kemenangan dengan skor 'Manita' (istilah Spanyol untuk menang lima gol), menjadi harga mati yang harus ditebus oleh Barcelona pada pertandingan ini.

Namun tim Catalan bikin sejarah. Lionel Messi dkk. mengubah hal yang tadinya dipandang berat oleh lawan atau bahkan sebagian besar orang/fans bola, ternyata enteng saja. Barca memberi pelajaran buat PSG cara bermain sepakbola atraktif dan efektif.
Kemenangan 6-1 (agregat 6-5) begitu dramatis. Dramatis karena sampai memasuki injury time (menit 86) skor masih 3-1. Artinya Barca masih butuh 3 gol lagi untuk memastikan lolos. Spirit kolektivitas, skil, dan optimisme juang yang tinggi, adalah nilai-nilai yang patut kita tiru dari dari para pemain Barcelona.

Di sisi strategi bermain, saya menaruh hormat buat sang entrenador Luis Enrique. Ya, saya mengamati Enrique sepertinya mengubah formasi dan taktik. Formasi andalan Barca selama ini 4-3-3, diubah dengan menerapkan dua formasi sekaligus.

Perubahan formasi menjadi 3-4-3 ketika menyerang dan 4-4-2 ketika bertahan membuat Barcelona dapat dengan mudah menciptakan banyak orang di daerah permainannya ketika bertahan.

Saya dan mungkin anda tak bisa bayangkan seninya Barcelona meracik taktik. Dengan menggunakan formasi dan ubah taktik seperti itu, Barcelona berubah menjadi kesebelasan yang mematikan saat menyerang dan kokoh saat bertahan, bukan ?? Hehe..

Cukup! Tulisan ini sampai di sini saja. Karena memang sudah lama saya cuti dari jurnalis olahraga. Hehe... Lagian saya masih ingin merayakan kemenangan, hati saya masih meluap girang, bernyanyi gembira sambil menikmati suguhan Kopi Dabe sentuhan tangan tercinta Anthy Giffari.
Bahagia bercampur senang sekali pagi ini...

Visca Barca...
Enhorabona Messi...
______
Alloed Dahlan
GN-01
9 Maret 2017
    Alloed Dahlan & Abu Dzar Al-Ghiffari

Jumat, 03 Maret 2017

MAAFKAN AKU TUHAN(Kontemplasi di malam Jum'at)

Aku melihat detik-detik kehidupan lambat laun habis,
namun keinginan-keinginanku masih belum terpenuhi.
Suatu perjalanan panjang terbentang dihadapanku,
sedangkan aku tiada bekal untuk jalan itu...

Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah,
sedikit berpikir bahwa itu akan membusuk dan hancur dalam kubur.

Aku bayangkan tubuhku remuk menjadi debu dalam lubang kubur,
di bawah gundukan tanah.
Keindahan tubuhku akan berangsur-angsur hilang,
sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggallah kerangka,
tanpa kulit dan daging.

Aku menentang Tuhanku,
melanggar perintah-perintah-Nya terang terangan,
sementara Ia mengawasiku setiap saat. Tanpa luput sedikitpun.

Ah! Aku berdosa secara rahasia,
tidak pernah orang lain mengetahui dosa-dosaku yang mengerikan.
Tetapi esok, rahasia dosa-dosaku ditampakan dan dipertunjukan kepada Tuhanku...

Ah! Aku berdosa terhadap-Nya,
walaupun hati merasa takut,
namun aku sangat mempercayai ampunan-Nya yang tak terbatas.
Aku berdosa dan tak tahu malu,
dengan berani bergantung kepada ampunan-Nya yang tak terbatas.

Tuhan, ampunilah aku... hanya Engkaulah aku bergantung.
Karena Engkau punya seluruh kekuatan.


⬛Alloed Dahlan
Tomalou-Tidore, 18 Februari 2010.

                              Alloed Dahlan