Rabu, 13 Desember 2017

Satu Sore di Landmark Ternate

Kota ini memang terbuat dari rindu. Sejak berpisah beberapa lama. Kita (saya dan dua kawan, DM, DH) bertemu di landmark kota beratap senja. Titik nol Kota Ternate. Kita berbagi cerita, berbagi kisah, sambil bersenda gurau.

Harusnya memang kita saling merendahkan hati. Tentang rindu yang datangnya selalu tanpa permisi. Adakah alasan logis untuk merindu? Atau jangan-jangan ini bagian rekayasa rasa yang tidak mau terus berjauhan?

Senja selalu indah. Langit merah saga selalu menyejukkan setiap pasang mata yang mulai letih selepas bekerja seharian.
Lalu rindu pun terbayar kala mentari senja menutup mata di belahan barat bumi-Nya.

Tak terasa langit pun meredup. Lantunan adzan Magrib menggema di berbagai penjuru kota. Senja dan rindu kembali tersimpan pada tempatnya masing-masing. Dan aku – mendamaikan kenyataan yang ada.

*) Landmark - Ternate,
Selasa 12 Desember 2017

_________________________
Mereka uji coba kamera handphone dan skill: Dahlan Malagapi, Mahmud Hi Ibrahim dan Darmin Hi Hasim
Phonegrafer: DM, MI, DH.







0 komentar:

Posting Komentar