Senin, 18 November 2019

Nyala Spirit Grecele - Heroes

Nyala Spirit Grecele

'Kemana perginya teriakan grecele...?'

Akademisi, Penulis
Nyala Spirit Grecele
Foto: Pemancing Cakalang/Ghazali Hasan.

 19/11/2019 ·  3 Menit Baca

TOMALOU merupakan kisah yang terpuruk. Tatkala Pemerintah Daerah mendorong bidang perikanan  menjadi komoditas unggulan saat ini,  sebaliknya, nyanyi nelayan Tomalou “tak lagi terdengar”. Ketika geriap modernitas menyapu semua lini bidang pembangunan, Tomalou makin kehilangan spirit, dan para nelayan tak lagi ramai melaut.

Tomalou, sebuah desa arah Tidore Selatan dengan penduduk kurang lebih 5000-an jiwa, merupakan kisah hilangnya sebuah perhatian. Tatkala rombongan perahu nelayan tradisional ditarik dari pantai, dan teriakan yang menghentak : “grecele” membahana, tapak-tapak kaki kokoh menyeret perahu membelah laut, dan meninggalkan garis panjang di pantai menjadi penanda betapa panjangnya semangat para nelayan warga Tomalou. Tapi garis panjang, guratan, dan gerusan, juga turut memberi tanda betapa rapuhnya semangat itu, ketika gelombang air laut menghapusnya perlahan.

Grecele merupakan nyala spirit yang menjadi “komando”–dan hampir separuh daerah di pesisir Maluku Utara memiliki pelecut semangat ini. Kini, di langit Tomalou tak lagi terdengar gelegarnya. Grecele kehilangan resonansi, grecele tenggelam dalam hiruk-pikuk pencari kerja, ketika mata pencarian sebagai nelayan mulai ditinggalkan pelan-pelan, dan tak lagi menjadi kebanggaan warganya.

Kebanggaan nelayan Tomalou, kini berubah menjadi cerita pengantar tidur bagi generasi saat ini. Generasi milenial, yang tak lagi mengenal semua itu. Lalu, kebanggaan itu hanya tinggal kenangan. Jejak-jejak kebanggaan itu sudah terbenam dalam memori. Entah kapan bisa bangkit lagi.
  
Potensi perikanan menjadi sesuatu yang seksi, tatkala semua orang membicarakannya. Tak pandang pejabat atau masyarakat kecil. Bahkan menurut data dan hasil analisis, bidang perikanan mampu menjadi “tabungan” bagi kesejahteraan daerah ini untuk sekian generasi ke depan. Bayangkan, kita memiliki potensi subsektor perikanan dan kelautan (standing stock) sebesar 694.382,48 ton per tahun dengan potensi lestari sebesar 347.191,24 ton per tahun, dan baru dapat dimanfaatkan sebesar 26,51% atau sekitar 92.052,21 ton per tahun.


 
Pada sisi lain, sub-sektor perikanan dan nelayan juga bernasib sama. Tak mampu bangkit berdiri. Bahkan melahirkan ketimpangan relasi antara negara dan masyarakat ini.

Nelayan kian terkucil, dan bidang perikanan menjadi kebijakan yang tetap “mandul”. Bahkan di beberapa daerah, konflik nelayan buruh dengan para pemilik alat tangkapan kian terbuka. Sebaliknya, pada masanya, di Tomalou, nelayan justru menjadi pemilik alat tangkap/alat produksi (pajeko). Tak ada hubungan produksi, tak ada konflik. Nelayan Tomalou merupakan potret nelayan humanis-profesional yang tanpa seremoni, tapi mampu menjadi lumbung produksi ikan terbesar saat itu. Mereka tumbuh mandiri. Melalui fiber mereka memasok cakalang dan tuna, melalui pajeko mereka menyumbang sorihi dan komo. Di Tomalou, modal sosial itu dirawat dan dijaga. Tomalou, barangkali tesis Marx tentang relasi pemilik alat produksi dan bukan pemilik alat produksi tak bertempur mati-matian. Sebaliknya, saling menghidupi
.
Merujuk data (lama) produksi perikanan tangkap Kota Tidore Kepulauan untuk cakalang sejak tahun 2005 (2671,39 ton), tahun 2006 (2671,4 ton), tahun 2007 (4.502,74 ton) dan tahun 2008 (4727,8 ton). Lalu ikan tuna, tahun 2005 (298.09 ton), tahun 2006 (298.1 ton), tahun 2007 (785,06 ton) dan tahun 2008 (824,31 ton)  [Profil Wilayah Kota Tidore Kepulauan 2009]. Apakah ini disuplay dari nelayan Tomalou dan lainnya, saya belum tahu. Tapi angka-angka tersebut cukup memberikan kita asumsi betapa besar produksi ikan yang ada, tahun-tahun itu. Lantas, kini? kemana perginya semangat grecele?

 

Bagi saya, grecele, selain sebagai nyala spirit, juga menyemburatkan sebuah etos dan kemampuan bertahan di tengah gempuran dan tantangan (endurance). Warga Tomalou bukanlah the quitters, mereka yang cepat menyerah dan gagal. Warga Tomalou merupakan the climbers, bila merujuk pada kategori pendaki, yakni mereka yang tidak mengenal rintangan, jatuh tapi terus bangkit, lalu melanjutkan perjalanan lagi dan berhenti ketika tiba di puncak. 

Warga Tomalou, Sang Grecele, kini sudah berada di “puncak” dari hasil kerja panjang mereka. Namun gurat sendu masih terlihat, karena spirit mereka tak terlihat di lautan, berjibaku dengan tantangan. Mereka kini, lebih berjibaku dengan pekerjaan-pekerjaan apa adanya, bahkan beralih sebagai tukang ojek dan sebagainya. Pajeko dan fiber sudah tak lagi ramai terlihat berderet memanjang di bibir pantai Tomalou. Tersisa satu dua pajeko dan fiber di sana, dan pada akhirnya, tak ada yang tersisa.

Tomalou, kawasan nelayan yang tangguh, yang pernah dilambangkan pada gerbang desa dengan simbol perahu fiber dan ikan cakalang kini tak terlihat lagi. Secara tidak langsung, ini menunjukkan "runtuhnya" ketangguhan nelayan Tomalou. Sebaliknya, warga Tomalou, saat ini mulai mengembangkan kemampuan anak-anaknya sebagai hafidz/hafidzah (penghafal al-Qur’an). Inilah yang menurut saya, warga Tomalou merupakan the Climbers, memiliki kemampuan beradaptasi di tengah tantangan dengan mempersiapkan generasi penerus.

Tomalou kini tengah bertransformasi. Mempersiapkan generasi Qur’ani yang kokoh menghadang tantangan perubahan jaman. Saya percaya, warga Tomalou dapat menangkap isyarat jaman. Semangat dan nyala grecele ternyata diperuntukkan untuk mempersiapkan sumber daya insani yang kuat. Menghadapi pergerakan pembangunan ekonomi ke depan, semangat grecele sudah harus dijadikan jawaban untuk beradaptasi memperkuat fondasi semangat berusaha bagi generasi ke depan, sehingga semangat Qur’ani, harus diimbangi dengan semangat bekerja. Karena bekerja dalam Islam adalah wajib. Bekerja merupakan beruf (keterpanggilan) dalam istilah sosiolog Jerman, Max Weber, dan ini telah tertanam kuat ketika rumpong bambu sudah tak lagi rimbun di sana.
 
Semangat nelayan merupakan nyala grecele yang harus  terus dihidupkan dan disinergikan sebagai modal dan jaminan dalam kehidupan sosial, apapun tantangan yang akan dihadapi. Spirit grecele harus menjadi “pemicu” untuk warga Tomalou bangkit dengan potensinya ke depan.... Tahun 2020, Festival Tomalou menjadi tapak awal kebangkitan spirit Grecele........Salute[]

0 komentar:

Posting Komentar